Hari raya Idul
Fitri tidak hanya dirayakan dengan bersenang-senang namun bisa juga dirayakan
dengan berbagi. Seperti yang dilakukan Rasulullah SAW di hari lebaran kepada
seorang anak yatim. Dikisahkan saat
semua orang bergembira menyambut lebaran, terdapatlah seorang gadis kecil di
sudut jalan Kota Madinah dengan pakaian lusuh. Seorang diri, dia tampak
menangis tersedu-sedu.
Rasulullah SAW
melihat gadis itu, lantas menghampirinya. “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari
ini adalah hari raya bukan?”, kata Rasulullah SAW.
Dengan suara
lirih, gadis itu bercerita kepada Rasulullah SAW. “Pada hari raya yang suci ini
semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan
berbahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada
ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia
membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat
bahagia.”
“Lalu suatu hari
ayahku pergi berperang bersama Rasulullah SAW. Ia berjuang bersama Rasulullah SAW
bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku
telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa
lagi?”
Mendengar hal
tersebut, hati Nabi Muhammad SAW langsung terenyuh, sambil membelai rambut anak
itu, Nabi berkata, “Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan
dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku menjadi
ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu. dan
Aisyah menjadi ibumu. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”
Gadis kecil itu
langsung berhenti menangis. Dia tatap lekat-lekat Rasulullah SAW dan memastikan
bahwa di hadapannya adalah seorang utusan Allah SWT. Anak yatim itu terkejut
sekaligus bahagia sampai bibirnya tidak bisa berucap dan hanya menganggukan
kepala.
Rasulullah SAW pun
menggandeng tangan mungilnya ke rumah Aisyah. Sesampai di rumah Rasulullah SAW sendiri
yang menyisirnya dan membersihkan badannya dengan penuh kasih sayang. Dibantu
Fatimah, gadis itu dipakaikan baju bagus dan diberi makanan serta uang saku.
Dia lalu dipersilakan untuk bermain dengan teman sebayanya.
Teman-teman
gadis itu bertanya, “Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat
sangat gembira?”
Dengan senyum
mengembang, gadis kecil itu menjawab, “Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di
dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki
seorang ayah seperti Rasulullah SAW? Aku juga kini memiliki seorang ibu,
namanya Aisyah, yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan,
namanya Fatimah. Ia menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku
merasa sangat bahagia, dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya.
Sahabat,
Rasulullah SAW sangat menyayangi anak yatim. Bahkan Nabi menganggap dirinya
dekat dengan anak yatim ibarat jari tengah dan jari telunjuknya. Seperti kata
Nabi, “Aku dan pemelihara anak yatim akan berada di surga kelak”, sambil
mengisyaratkan dan mensejajarkan jari tengah dan telunjuknya. (HR. Bukhari)
Maka dari itu,
marilah menjadikan Nabi SAW sebagai Uswatun Hasanah dalam kehidupan kita.
Sebagai suri tauladan yang baik, Rasulullah SAW juga sangat menyayangi anak
yatim dan turut serta membahagiakan para anak yatim. Semoga kita semua
senantiasa bisa menyebarkan kebaikan, terutama terhadap anak yatim. Aaamiin...
*(Mar/Berbagai sumber)
Komentar
Posting Komentar