Sore itu,
Ibu Angsa sedang mengajari kedua anaknya berenang. Angsa Hitam dan Putih nama
kedua anak Ibu Angsa tersebut. Si Hitam mempunyai sifat yang pemalas, sombong
dan rakus, ia selalu menganggap remeh Angsa Putih. Angsa Putih telah pandai
berenang, karena ia rajin berlatih, sedang Angsa Hitam hanya bermalas-malasan,
Angsa Hitam belum terlalu pandai berenang.
“Angsa Putih, buat apa kamu rajin
berlatih, kita ini diciptakan pandai berenang, jadi buat apa latihan, toh nanti
kita juga bisa berenang sendiri kok, tanpa harus berlatih.” Gerutu Angsa Hitam
pada saudaranya. Tak lama kemudian, sang induk pun datang. “Nak, kalian disini
dulu ya, jangan kemana-mana, ibu mau kekandang sebentar. Jangan dekati tengah
sungai nak, arusnya deras.” Pesan Ibu Angsa pada kedua buah hatinya. Tak lama
berselang, induk angsa itu pun berlalu.
Segerombolan
anak bebek melintas mendekati kedua angsa tersebut. “Hei teman, ayo ikut kami
berenang, kami mau kehulu sungai, disana banyak makanan yang lezat.” Ucap salah
satu bebek. “Wah, makanan! Ya, aku mau ikut kalian. Ayo Angsa Putih kita ikut
mereka.” Ajak Angsa Hitam. “Jangan saudaraku, ibu bilang kalau kita jangan
mendekati tengah sungai, berbahaya, arusnya deras. Lagi pula kita belum terlalu
pandai berenang.” Tolak Angsa Putih. “Dasar pengecut! Bilang saja kamu takut!
Ayo teman kita saja yang kesana.” Ucap Hitam pada si Putih. Angsa Putih hanya
terdiam, saudaranya telah pergi mengikuti segerombolan anak bebek.
“Wah,
arusnya deras sekali.” Teriak Angsa Hitam ketakutan. “Ayo tenang saja. Kamukan
Angsa, masa si seekor angsa tak pandai berenang.” Sindir seorang bebek pada si
Hitam. Angsa Hitam pun nekat mendekati arus sungai yang amat deras, hingga ia
terbawa arus. “Tolooooooong! Ibu... Angsa Putih, tolooooong aku!” teriak Angsa
Hitam.
Segerombolan anak bebek berusaha menolong namun karena kuatnya arus,
membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Angsa Hitam pun terbawa arus hingga
ia terdampar disebuah pulau. “Dimana aku?” Angsa Hitam pun berusaha berdiri, ia
menatap sekelilingnya. Tempat yang tak pernah ia kunjungi. Ia pun menangis. Si
Hitam berusaha menelusuri tempat asing itu. Tuiiiing!
Kaki Angsa Hitam tersandung, ia pun terjatuh. Didapatinya sebuah batu antik dihadapannya.
Ia segera memungutnya.
Tak lama kemudian perut Si Hitam bernyanyi. “aku lapar
sekali! seandainya disini banyak
makanan.” Ucapnya. Tak lama kemudian didepan matanya terdapat setumpuk makanan
lezat. Ia pun makan dengan rakusnya. Ia berfikir kalau batu yang ia temukan itu
batu ajaib, ia memohon sebuah permintaan kalau ia ingin pulang kerumah. Dengan
sekejap mata ia telah berada dirumah. Ibu angsa yang telah mencari-cari si
hitam merasa lega karena Hitam baik-baik saja. Si Hitam mengelus-elus batu
ajaibnya, “Sudah dua permintaan yang telah terpenuhi, masih ada satu permintaan
lagi. Aku harus membuat permintaan yang terakhir dengan sebaik mungkin.”
Gumamnya. Hitam dengan sombong menceritakan pengalamannya menemukan batu ajaib
pada Si Putih. “Kini pemintaan terakhirku, aku ingin menjadi orang yang selalu
beruntung.” Ucapnya.
“Anak-anak, ibu akan melatih kepandaian kalian berenang. Ibu telah
menyembunyikan sepuluh ikan yang telah diikat, siapa yang paling banyak
menemukan ikan, ada hadiah spesial dari ibu.” Ucap sang Induk. “Siap bu, pasti
Hitam yang menjadi pemenangnya.” Ucapnya sombong. Baru saja Hitam berenang,
kakinya tersangkut sebuah tali, ternyata itu ikan. Tak lama kemudian ia terbawa
arus dan berpegangan sebuah tali yang ada ikannya. Kemudian berenang sedikit
dan moncongnya tersangkut ikan lagi.
Dalam sekejap ia telah memperoleh tiga
ekor ikan. Ia melirik Si Putih yang sejak tadi terus berusaha mencari ikan.
“Berapa yang kau dapat, Putih?” tanya Hitam. Angsa Putih hanya menggelengkan
kepala. Namun Putih terus berusaha mencari ikan. Timbul rasa sombong didiri
Hitam, betapa beruntungnya ia menemukan batu ajaib itu hingga ia seberuntung
ini. Angsa Hitam kembali malas, ia menepi disebuah rumput, niat hanya istirahat
sejenak malah ia tertidur pulas. Sedang Angsa Putih terus berusaha mencari ikan
dengan semangat. Satu per satu ia temukan. Setelah lama tertidur, Angsa Hitam
terbangun.
Didapatinya Angsa Putih terus mencari ikan-ikan yang telah
disembunyikan induk mereka. “Berapa banyak ikan yang kau dapat Angsa Putih?”
Tanya Angsa Hitam. “Tujuh!” Jawab Angsa Putih sambil terus mencari ikan. Betapa
kagetnya Si Hitam mendengar ucapan saudaranya itu. “Berhentilah mencari, kamu
sudah mendapat tujuh ikan, aku hanya tiga.” Ucap Hitam tertunduk lesu. Melihat
anak-anaknya telah berhasil mengumpulkan ikan-ikan tersebut, ibu angsa
tersenyum. “Dasar batu ajaib yang tak berguna. Kenapa aku bisa gagal.” Gerutu
Angsa Hitam.
“Kerja keras dan semangat dapat mengantarkan kita pada
keberhasilan. Ini hanya sebagian contoh kecil dari usaha dan kerja keras. Putih
telah berhasil mewujudkan semua itu.” ucap Induk Angsa dengan lembut. “Aku akan
berusaha merubah sikapku menjadi lebih baik lagi.” Ucap Angsa Hitam menyadari
kesalahannya. *(Mar)
Komentar
Posting Komentar