Setiap yang
terlahir di dunia ini pasti memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Entah itu
kepada orangtua, saudara, adik-kakak, dan masih banyak lainnya. Cinta adalah
anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada tiap insan yang ada di muka bumi
ini.
Tidak bisa
dipungkiri jika setiap manusia pasti pernah memiliki rasa ketertarikan kepada
lawan jenis. Rasa lumrah yang telah diturunkan oleh-Nya kepada hati manusia.
itu hal yang wajar. Terlebih jika memasuki masa remaja, virus merah jambu
seringkali datang menghampiri setiap insan.
Namun, bagaimana
cara remaja muslim menyikapi gejala virus merah jambu tersebut? Menurut
pendapat beberapa ulama mengatakan jika tidak ada istilah pacaran bagi muslim.
Melarang adanya berkhalawat dengan yang bukan muhrimnya. Perasaan cinta yang
berlebihan kepada seseorang dapat mengundang setan turut serta sehingga dapat
merujuk kepada perbuatan yang dilarang oleh agama.
“Jangan
sekali-kali salah seorang kalian berkhalawat dengan wanita, kecuali bersama
mahram.” (Muttafaq alaih, dari Ibnu Abbas R.A). Hal ini sungguh sangat
membahayakan jika ada laki-laki dan wanita berduaan, maka yang ketiganya adalah
setan.
Dengan segala
tipu dayanya, setan dapat menjebak manusia ke dalam lembah kegelapan. Maka dari
itu, Allah SWT melarang seseorang berdua-duaan dengan yang bukan halal baginya.
Terlebih apabila diantara hubungan tersebut timbul benih-benih virus merah
jambu.
Banyak remaja
muslim terjebak akan perasaanya, yang membuat mereka akhirnya menjalin suatu
hubungan dan akhirnya berduaan dengan mereka yang harusnya tidak boleh
berkhalawat. Pacaran, sudah menjadi hal yang biasa saat ini. Bahkan mereka yang
masih setia menjaga hati tanpa pacaran justru sering di judge jomblo, tidak laku, tidak gaul, dan masih banyak sindiran
lainnya.
Sungguh sangat
miris, bukan? Justru sesuatu yang mustinya dijaga malah dilakukan. Menjaga hati
yang suci sampai tiba saatnya jodoh datang menjemput, memang tak banyak
dilakoni. Para remaja lebih suka untuk mengenal lawan jenisnya dan membiarkan
hasrat mereka membara kepada orang yang dicintainya.
Pun kalau
nantinya mereka berpacaran, mungkin akan bisa merujuk mereka kepada jenjang
pernikahan yang halal. Namun, bagaimana dengan mereka yang akhirnya putus di
tengah jalan? Putus cinta, patah hati, galau, menangis, dan melakukan hal-hal
konyol lainnya. Sungguh sangat merugi, bukan?
Pacaran Islami? No! No! No!
Ada yang
mengatakan jika pacaran untuk spirit belajar, spirit hidup, dan spirit dalam
melakukan banyak hal kebaikan lainnya. Padahal, pacaran jelas hal yang tidak
dibolehkan karena tidak ada manfaatnya sama sekali. Yang ada hanyalah mudharat.
Ada pula yang
mengatakan jika setelah berpacaran justru semangat untuk beribadah semakin
tinggi. Alasan mengerjakan sholat tepat waktu hanya takut dimarahi pacar.
Bukankah sholat diniatkan semata hanya untuk Allah SWT?
Cinta, adalah
alasan utama untuk berpacaran. Hal ini disalahratikan oleh banyak pihak.
Bahwasannya memang benar, cinta adalah hakiki dan sebuah anugerah terindah dari
sang pencipta. Tanpa cinta hidup pun hampa. Tanpa cinta, bak hidup di taman
tanpa bunga, hambar dan tidak ada gregetnya.
Namun, alangkah
baiknya jika cinta yang hadir itu bisa dijaga dengan sebaik mungkin sampai tiba
waktu yang tepat. Tidak perlu risau akan jodoh. Segala sesuatu telah diatur
oleh Allah SWT. Jika beristiqamah dengan sungguh-sungguh, maka Allah SWT akan
menuntun kita kepada pasangan hidup yang telah ditetapkan di Lauhful Mahfudz.
Cara yang bisa
dilakukan adalah dengan menjaga pandangan. Jika cinta hadir di hati, maka harus
bisa dijaga. Jaga pandangan, tundukkan pandangan, serta lembutkan suara. Jangan
sampai setan merasuki pikiran yang kemudian membuat manusia berbuat dzolim
terhadap dirinya sendiri.
Pun sama halnya
dengan galau. Seringkali orang yang galau, patah hati, atau baru putus cinta,
merasa hidupnya tiada berguna. Kebanyakan mereka membuang waktu percuma hanya
untuk menangisi seseorang yang semestinya tidak penting untuk ditangisi. Ada
juga mereka yang mogok makan, bahkan ada pula yang sampai nekat bunuh diri.
Naudzubillahmindzalik!
Galau karena
virus merah jambu adalah sebuah tindakan yang sia-sia belaka. Tiada gunanya.
Daripada memikirkan hal yang tidak bermanfaat, ada baiknya melakukan sebuah
kegiatan yang positif dan sarat akan kebaikan.
Bagi para ikhwan,
harus bisa menjaga pandangannya dan tutur katanya ketika berbicara dengan
akhwat yang bukan muhrimnya. Wanita adalah sebuah perhiasan yang di dunia ini.
Tapi sebaik-baiknya perhiasan yang baik adalah wanita yang sholeh.
”Sesungguhnya
dunia itu manis dan hijau (indah mempesona), dan Allah SWT menjadikan kalian
khalifah di atasnya, kemudian Allah SWT memerhatikan amalan kalian. Maka
berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita, karena sesungguhnya awal
fitnah (kehancuran) Bani Israil itu berasal dari kaum wanita.” (HR. Muslim,
Dari Abu Sa’id Al-Khudri RA).
Maka dari itu,
sebagai seorang muslim, ada baiknya bisa menjaga hati dengan sebaik mungkin,
agar bisa terbebas dari dosa karena virus merah jambu. Terlebih jika sampai
galau bahkan melakukan tindakan-tindakan konyol karena galau. Hal itu sungguh
tidak dibenarkan.
Berpacaran
memang menjadi hal biasa saat ini. Bahkan remaja muslim pun banyak yang
pacaran. Namun, semua kembali lagi kepada kesadaran individu masing-masing dan
pemahaman mereka tentang agama. Akan tetapi, sebagai muslim yang bijak, apabila
sudah mengetahui jika pacaran itu buruk dan dapat membawa kemudharatan tentu
saja harus dihindari. Nah, untuk urusan galau, kembali lagi ke pribadi
masing-masing. Galau boleh-boleh saja, asal yang sewajarnya.
Galau ketika
melihat orang yang disukai bersama oranglain, sementara diri masih menjaga hati
sampai jodoh datang menjemput. Nah, untuk urusan seperti itu, cara bijak adalah
melakukan pendekatan kepada Allah SWT. Sebut namanya dalam doamu, Insya Allah
jika memang takdirnya, jodoh pasti bertemu.
Namun, perlu
digarisbawahi jika dalam hal ini kondisinya berbeda sesuai dengan kemaslahatan
yang ditimbang oleh seorang yang bertakwa. Mungkin dalam satu kesempatan,
berpacaran ataupun galau itu tidak diperbolehkan. Akan tetapi, perlu disadari
jika saat ini kita hidup di mana kebanyakan kaum muslim mencampur adukkan
antara kebaikan dan kemunkaran.
Selalu berusaha
berpegang teguh kepada ajaran-Nya dan mengamalkan sunnah adalah cara bijak yang
bisa dilakukan untuk menjaga hati. Karena segala sesuatu kembali kepada diri
masing-masing. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk
dari Allah SWT. *(Mar/berbagai sumber)
*telah dipublikasikan di Majalah Sahabat Edisi Desember2015
Komentar
Posting Komentar