“Lho, kamu
kenapa nangis, Ran?” tanya Mbok Tinem ketika melihat Rani pulang dari sekolah.
Ia menangis sejadi-jadinya dipelukan Mbok Tinem. “Sabar ya sayang. Mereka hanya
melihat kekurangan fisikmu. Tapi mereka tak melihat kelebihan yang kamu miliki,”
ucap wanita tua itu. Rani pun terisak, kemudian ia melangkah berjalan menuju
kursi dan duduk di depan Mbok Tinem.
“Besok ada lomba
lari di sekolah, Mbok. Rani mau ikutan. Tapi teman-teman di sekolah meledek
Rani. Mereka mengatakan kalau Rani tidak boleh ikut perlombaan itu. Mereka
bilang Rani kan pincang, jadi tidak boleh mengikuti lomba lari tersebut,” kata
anak itu sedih. Mbok Tinem pun beranjak dari tempat duduknya, kemudian mengelus
kepala Rani.
“Kamu tidak
boleh sedih sayang. Di balik kekuranganmu, kamu harus tunjukan kelebihanmu.
Jangan lemah dihadapan mereka. Kalau kamu yakin, ikut saja lomba itu. Ayo
semangat!” tutur Mbok Tinem. Rani pun mengangguk. Kemudian ia mengambil tas
sekolahnya. Ia menunjukan tasnya yang sudah bolong.
“Rani mau ikut lomba
lari itu, karena hadiah utamanya tas sekolah, Mbok. Tas Rani kan sudah rusak,
bawahnya bolong. Kalau lupa menyimpan pensil, pensil Rani suka jatuh di jalan,”
kata Rani sambil menunjukan tasnya yang jelek dan rusak. Mbok Tinem pun hanya
tersenyum. Wanita tua itu pun mengangguk kepada Rani. “Kamu jangan berhenti
berusaha. Kamu harus bisa, sayang.”
Keesokan
harinya, dengan semangat, Rani mendaftarkan diri sebagai salah satu peserta
perlombaan dalam kompetisi lomba lari. Semua teman-temannya meledek Rani dan
mengatakan kalau orang pincang tak akan pernah menang. “Rani mau ikut lomba
lari. Jalan aja rani pincang, gimana mau berlari. Hahaha ! ! semuanya
mentertawakan Rani. Tapi anak itu tak putus asa. Dengan penuh percaya diri ia
tetap mendaftarkan diri sebagai salah satu peserta dalam perlombaan tersebut.
Bu guru Dewi
datang dan menasehati seluruh teman-teman Rani agar tidak mengejek Rani karena
kekurangannya. Semua teman-teman Rani pun terdiam. Kemudian bu guru mengizinkan
Rani untuk mengikuti perlombaan tersebut. “Lakukan yang terbaik Rani. Kalau
kamu berusaha dan bersungguh-sungguh, Insya Allah kamu bisa. Ingat, Man Jadda
Wajadda. Jangan pernah menyerah dan teruslah berusaha,” ucap bu guru Dewi
memberi semangat pada anak itu.
Rani pun
tersenyum dengan semangat dan ia akan membuktikan, jika ia bisa dan mampu untuk
mengikuti lomba lari tersebut. Sepulang dari sekolah, Rani berjalan menghampiri
Mbok Tinem yang sedang memanen sayur di belakang rumah mereka. ia pun melihat
seekor siput yang sedang berjalan dengan sangat lambat. “Mbok, kok siput
jalannya pelan banget ya, siput ini sama seperti Rani, jalannya lambat,”
ucapnya sedih.
Mbok Tinem pun
berjalan mendekat ke arah Rani. “Sudah dengar cerita siput dan kancil belum?”
ucap Mbok Tinem. Rani menggelang. Kemudian Mbok Tinem menceritakan kisah antara
siput dan kancil yang beradu lomba lari. Kancil yang sombong pun kalah, dan
siput yang jalannya pelan akhirnya menjadi pemenangnya. Semua itu terjadi
karena siput yakin kalau dia akan jadi pemenangnya,” kata Mbok Tinem. Rani pun
menjadi semangat mendengar ucapan dari Mbok Tinem. Ia pun berusaha dan yakin
suatu saat nanti akan menjadi pemenangnya. Ia tidak akan menyerah hanya karena
cacat fisiknya. Ia pun giat berlatih agar bisa menjadi pemenangnya.
Dan tibalah saat
perlombaan, seluruh teman-teman meremehkan kemampuan Rani. Tapi bu guru Dewi
dan Mbok Tinem terus memberikan semangat pada Rani. Walau dengan penuh susah
payah, ia berusaha berlari secepat mungkin. Rani akhirnya mampu berlari dengan
cepat dengan kakinya yang pincang.
Semua orang yang
melihat kegigihan Rani menjadi terharu akan semangat juang anak itu. Mbok Tinem
tersenyum bangga melihat Rani yang mampu berlari dengan cepat tanpa
memperdulikan ejekan yang terdengar sepanjang medan lintasan perlomban.
“Yee...Alhamdulillah,
Rani menang. Terimakasih ya Allah,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Semua orang
yang ada di sana memberikan selamat pada Rani. Teman-temannya pun meminta maaf
atas sikap mereka yang kurang baik pada Rani selama ini. Rani pun memaafkan
teman-temannya. Mbok Tinem dan bu guru Dewi langsung memeluk Rani. Ia pun
menerima hadiah utama, yaitu sebuah tas sekolah berwarna merah jambu. “Wah,
tasnya cantik sekali. Tas Rani baru..horeee!” soraknya senang. *(Mar)
Komentar
Posting Komentar